Nuskan Syarief

Beliau adalah salah seorang tokoh musik di Indonesia yang terkenal di tahun 1960-an. Sungguh suatu kehormatan bagi saya pada saat berkenalan dengan beliau dibulan Mei 1995. Beliau dengan ramah bertanya pada saya, darimana asal saya. Ketika tahu kalau saya berasal dari Malang, Jawa Timur, dengan panjang lebar beliau bercerita bahwa ada pula teman beliau yang berasal dari Malang. Sejak itu kami sering bertemu dan selalu ngobrol-ngobrol. sangat banyak kenangan tentang almarhum Nuskan Syarif ini. Mungkin sedikit tulisan di bawah ini akan menjelaskan, siapa sebenarnya beliau.

Kumbang Tjari
Sementara itu, di Padang tersebutlah seorang pemuda yang gila musik bernama Nuskan Syarif. Saking besar keinginannya bermusik dan memiliki gitar, uang untuk membeli baju Lebaran dibelikannya gitar bekas di tukang loak.
Nuskan, yang bangga dengan popularitas Gumarang, pada tahun 1954 sempat berlibur ke Jakarta. Dia tidak menyia-nyiakan kesempatan selama berada di Ibu Kota dan menawarkan lagu ciptaannya, Kok Upiak Lah Gadang, ke Gumarang. Ternyata lagunya diterima dan dimainkan dalam acara Panggung Gembira di RRI.
“Lagu itu saya tulis notasi dan liriknya karena tape recorder belum memasyarakat seperti sekarang. Saya kembali ke Padang dan meneruskan karier sebagai penyanyi amatir sambil memperdalam pengetahuan saya bermain gitar,” kata Nuskan yang juga dikenal sebagai guru Pendidikan Jasmani di SMP Negeri I Padang hingga tahun 1960.
Pindah ke Jakarta, Nuskan meneruskan karier sebagai guru olahraga, sementara kemampuannya bermain gitar dan mencipta lagu semakin meningkat. Atas saran Anas Yusuf, Nuskan memutuskan bergabung dengan Gumarang. Tetapi, Asbon yang sudah tahu kemampuan anak muda itu justru menyarankannya membentuk grup musik sendiri.
“Itulah awal lahirnya orkes Kumbang Tjari pada tahun 1961. Meskipun saya mengagumi Gumarang, saya berusaha membuat musik yang berbeda. Kalau Gumarang dominan dengan pianonya, Kumbang Tjari mengedepankan melodi gitar,” lanjut Nuskan, ayah dari sembilan anak dan kakek dari 10 cucu.
Di sinilah Nuskan menunjukkan keperkasaannya sebagai pemain gitar, bukan hanya dalam soal teknik, namun juga dalam soal eksplorasi bunyi. Petikan gitarnya mengingatkan pendengarnya akan suara saluang, seruling bambu khas Minang. Ciri khas ini belum ada duanya sampai sekarang. Hal ini diperjelas Hasmanan, salah seorang penyanyi Gumarang yang menulis kesan-kesannya di sampul depan PH.
“Sebagai orkes baru jang masih harus berdjuang memenangkan simpatik dan popularitas, menarik sekali nafas dan penghajatan jang diberikan ’Kumbang Tjari’ terhadap lagu-lagunja. Hidangan2 mereka terasa masih dekat sekali kepada tjara lagu2 rakjat asli Minang dibawakan. Petikan2 gitar Nuskan Sjarif sering mengingatkan orang akan bunji alat2 musik asli Minang seperti talempong, rebab, dan saluang,” demikian tulisan di sampul depan PH itu.
PH Kumbang Tjari yang pertama ini berisi lagu-lagu Asmara Dara yang dinyanyikan oleh Elly Kasim, Randang Darek dinyanyikan Nuskan Syarif, Taraatak Tangga (Elly Kasim dan kawan-kawan), Mak Tatji (Nuskan Syarif), Apo Dajo (Elly Kasim dan kawan-kawan), Tjita Bahagia (Elly Kasim dan Nuskan Syarif), Cha Cha Mari Cha (Nuskan Syarif), Gadis Tuladan (Nuskan Syarif), Kumbang Djanti (Elly Kasim), Langkisau (Nuskan Syarif dan kawan kawan), Kureta Solok (Nusikan Syarif dan kawan-kawan), dan Oi, Bulan (Elly Kasim dan kawan-kawan).
Bersama Kumbang Tjari inilah Elly Kasim menjadi penyanyi lagu-lagu Minang yang belum tergantikan sampai sekarang. Perempuan kelahiran Tiku, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, tanggal 27 September 1942, itu terkenal dengan lagu-lagu seperti Kaparinyo, Dayung Palinggam, Kelok Sembilan, Barek Solok, Lamang Tapai, Sala-lauak, Si Nona, Lansek Manih, Main Kim, Mudiak Arau, dan masih banyak lagi. Lagu-lagu itu telah dimuat dalam puluhan PH, kaset, maupun VCD selama lebih dari 40 tahun.
Namun, Kumbang Tjari kemudian terpaksa vakum ketika Nuskan sebagai guru olahraga menerima untuk ditempatkan di Sukarnapura (sekarang Jayapura), Papua, pada bulan Juli 1963. “Saya sangat menikmati profesi sebagai guru olahraga. Dikirim ke Irian Barat saya anggap sebagai amanat yang harus dilaksanakan. Setelah saya pergi, sayang teman-teman tidak bersedia meneruskan Kumbang Tjari,” ujar Nuskan.
Selama di Jayapura, ia sempat juga membina bibit-bibit penyanyi dan menciptakan sejumlah lagu. Lahir di Tebing Tinggi tanggal 4 Januari 1935, dalam usia menjelang 70 tahun sekarang ini, Nuskan masih rajin joging di pagi hari dan tetap siap tampil bersama Kumbang Tjari-nya.
Walaupun hanya dua tahun (1961-1963) di belantika musik, Kumbang Tjari menjadi grup pertama yang tampil di TVRI ketika stasiun televisi pemerintah itu diresmikan tahun 1962. Orkes ini juga mengisi acara pembukaan Bali Room, Hotel Indonesia, dan kemudian tampil bersama Gumarang serta Taruna Ria dalam pertunjukan bertajuk “Tiga Raksasa” di Istora Senayan.
Nuskan kembali ke Jakarta 29 November dan Januari 1969 Kumbang Tjari dibentuk lagi dengan personel yang berbeda dan tidak pakai embel-embel “orkes” lagi. Kumbang Tjari pun kembali dipimpin Nuskan dan seperti sebelumnya mulai masuk studio rekaman dan mengisi berbagai acara panggung hingga tur ke Malaysia bersama Elly Kasim, Benyamin S, Ida Royani, serta Ellya Khadam.
Di samping Gumarang dan Kumbang Tjari, juga tidak bisa dilupakan orkes Teruna Ria yang mempertegas irama rock’n’roll dalam lagu-lagu Minang. Bubarnya Teruna Ria menyebabkan penyanyi utamanya, Oslan Husein, mendirikan Osria. Sementara personel lainnya, Zaenal Arifin, mendirikan Zaenal Combo, yang merajai penataan musik rekaman hampir semua penyanyi pada akhir 1960-an sampai awal 1970-an.
Penyanyi-penyanyi yang diiringi Zaenal Combo, yaitu Lilies Suryani, Ernie Djohan, Alfian, duet Tuty Subarjo/Onny Suryono, Retno, Patti Sisters, Tetty Kadi, Anna Mathovani, Emilia Contessa, Titi Qadarsih, Angle Paff, atau Lily Marlene.
Zaenal Arifin, pencipta lagu Teluk Bayur, meninggal 31 Maret 2002. Asbon tutup usia pada 16 Maret 2004, sedangkan Oslan Husein dan Nurseha mendahului keduanya beberapa tahun sebelumnya.
Mereka memang sudah pergi, tetapi meninggalkan jejak berupa musik Minang dan Indonesia modern. Gumarang dengan irama Latin dan Teruna Ria me-rock’n’roll-kan lagu serta musiknya.

Sumber:

http://maspungky.multiply.com/music/item/987

©ourtesy of https://laguminanglamo.wordpress.com/

12 Comments

  1. Saya amat mengagumi lagu2 Nuskan Sjarif. Tapi bagaimana caranya buat saya untuk mendapatkan lagu2 dari Orkes Kumbang Tjari?

    Reply

  2. Apa saja lagu2 hasil Nuskan & Orkes Kumbang Tjari bagi saya tetap bagus. Senang telinga saya mendengarnya.

    Reply

    1. Untuk penyanyi Minang yang saya kagumi adalah Pak Nuskan Syarif, saya suka sekali suaranya, lagu ciptaanya juga bagus-bagus liriknya, dia serba bisa jika menciptakan sebuah lagu, bisa lagu cinta, lagu humor, lagu sedih,,,pokoknya Pak Nuskan Syarif adalah penyanyi dan pencipta lagu yang belum tergantikan sampai saat ini, sayang beliau terlalu cepat pergi meninggalkan kita, selamat jalan Pak Nuskan, jasa Pak Nuskan akan selalu dikenang sepanjang masa..

      Reply

  3. Adakah yang menyimpan atau menjual kaset dari lagu2 Nuskan Syarief ini? Sekitar tahun 80-an saya pernah punya kasetnya, sekarang entah hilang kemana, kalau ada yg mau jual please kasih tau saya. Thx b4.

    Reply

  4. Kami alumni DonBosco Padang yg di Jakarta pernah ajak beliau sebelum wafat melatih kami lagu beliau yg kami tampilkan dlm acara reuni dan pulang basamo di Padang.
    Suatu hal istimewa bisa nyanyi bersama Pencipta lagunya.
    Kami bisa rasakan langsung spiritnya dan powernya me nyanyikan lagu beliau yg dinsmis, kocak dan typical..antara lain lagu Ondeh Ginyang bana mak taci ginyang bana..

    Reply

Leave a reply to ina Cancel reply